Menjenguk Masa Lalu
Hari ahad, 30 September yang lalu, aku seperti diajak menjenguk masa lalu. sore hari, ketika aku bersama teman baru hendak pergi bersama ke sebuah tempat berbuka puasa, aku dijemput oleh kawan lama. kawan lama juga mengajak berbuka bersama. dan, keputusanku hendak pergi bersama siapa (kawan baru atau kawan lama) ternyata ditentukan oleh kendali emosi yang menguatkan perhatianku pada masa lalu. aku akhirnya memenuhi ajakan kawan lama untuk berbuka puasa. sungguh, masa lalu lebih punya energi 'goda' yang membuat kita takluk untuk menjemput kenangan yang telah lama disimpan dalam pendaman ingatan. aku sejenak menunda perhatianku pada masa kini dan masa depan. aku berenang dalam sungai ingatan lama yang sama-sama dibuka oleh kawan-kawan lama itu, yang pernah berjumpa dan bercengkrama di tempat belajar bersama, di kampus biru UGM. tapi aku sadar, masa lalu itu hanya untuk dijenguk sebentar, sebagai pengingat saja, untuk 'melawan' lupa. bahwa aku punya komunitas perantara yang jadi jembatanku hinga aku sampai berada saat ini disini. bahwa masa lalu itu punya andil dalam merangkai jembatan hidupku. bahkan jika jembatan itu adalah jembatan emas, tentu menyepuhnya tidak setiap hari, bukan? boleh-boleh saja ia disepuh setahun sekali. di negara kita, tradisi halal bihalal itu mewakili. dalam waktu yang mungkin tidak sampai seminggu, kita biasa berjumpa dengan kawan lama, dari beragam jembatan yang telah kita buat sepanjang perguliran hidup selama ini. kawan lama, semoga aku bisa terus mengingatmu!
Konsultasi Syariah Islam (KSI)
11 tahun yang lalu