Siapa yang menemukan alasan untuk hidup, ia dapat menyelesaikan masalah dengan cara apapun

Jumat, 09 Oktober 2009

Pola-pola Eksternal Menuju Sukses


“Begitu berita tersebar bahwa kami mengadakan pertunjukan, penonton mulai berdatangan ke klub. Kami bermain tujuh malam tiap minggunya. Pada awalnya kami bermain hampir nonstop sampai jam setengah satu malam saat klub ditutup, tetapi saat permainan kami terus membaik penonton terus bertahan sampai jam dua pagi.”

Jika kecerdasan, bakat, ambisi dan kegigihan tidak terlalu berarti, apa rahasia dibalik kesuksesan seseorang? Kalau keberhasilan individu bukan yang utama, apa penentu keberhasilan seseorang? Dalam buku ini, Malcolm Gladwell membangun tesis yang tidak biasa bahwa kesuksesan seseorang diperoleh karena kesempatan dan warisan budaya.

Kutipan di atas adalah ungkapan Pete Best, pemain drum The Beatles. Pada tahun 1960, saat The Beatles masih berupa band rock sekolah, Pete Best dan kawan-kawannya diundang untuk bermain di sejumlah klub di Hamburg, Jerman. Tujuh hari dalam seminggu! Selanjutnya, selama tahun 1960 sampai akhir 1962 The Beatles melakukan perjalanan ke hamburg sebanyak lima kali yang seluruhnya berjumlah 270 malam. Tiap malam mereka melakukan pertunjukan minimal lima jam. Kesempatan di undang ke Hamburg mereka gunakan untuk memperbaiki kualitas permainannya. Hamburg menjadi kawah candradimuka bagi mereka dengan banyak belajar tentang stamina, berbagai aliran lagu dan kedisiplinan. Sekembali dari Hamburg, The Beatles telah menemukan cara terbaik dalam bermain musik. Tanpa kesempatan bermain musik di Hamburg, The Beatles mungkin akan merajut cerita sukses yang berbeda.

Pola yang sama dialami oleh Bill Gates. Pada awal kelas tujuh, orangtua Gates mengirimnya ke Lakeside, sebuah sekolah yang berisi anak-anak keluarga kaya di Seatle. Saat menginjak tahun kedua, Gates bergabung di klub komputer yang baru didirikan sekolahnya. Saat itu, tahun 1968, komputer adalah barang mengagumkan, yang universitas-universitas pun belum banyak memilikinya. Waktu-waktu berikutnya adalah kesempatan bagi Gates belajar banyak tentang program komputer. Praktis, pengalaman mengembangkan perangkat lunak selama lima tahun di sekolah menengah ditambah dua tahun di Universitas Harvard, cukup bagi Gates untuk membuat perusahaan perangkat lunak sendiri.

The Beatles dan Bill Gates adalah dua contoh orang-orang sukses yang melewati pola yang sama: mereka memperoleh kesepatan yang istimewa. Secara metaforis Gladwell menamai mereka sebagai outlier, yakni orang yang melakukan hal-hal di luar kebiasaan. Dalam pengertian yang lebih luas, outlier berarti sesuatu atau seseorang yang berada di luar keadaan normal.
Melalui bukunya ini, Gladwell memperkenalkan berbagai jenis outlier: orang jenius, musisi rock, pembuat program perangkat lunak dan raja bisnis dunia. Gladwell mengenalkan outlier dalam kisah sukses yang tidak biasa. Ia memaparkan data dan hasil penelitian psikologi sosial bahwa kesuksesan bukan hanya ditentukan oleh faktor individu, tetapi juga faktor sosial. Faktor terakhir ini mengingatkan siapa saja yang ingin sukses untuk menilik tempat dan waktu seseorang tumbuh besar. Karena, kesempatan yang diperoleh dan kebudayaan tempat seseorang tumbuh berpengaruh pada pola keberhasilan yang dicapai siapapun dan dalam bidang apapun.

Saat banyak penulis buku tentang kesuksesan memosisikian individu sebagai pelaku kunci, tidak demikian halnya dengan Gladwell. dalam bukunya yang ditulis dengan gaya bercerita ini, Gladwell menangkap fenomena yang luput dari pandangan para penulis tentang kesuksesan. Tanpa menganggap remeh kecerdasan dan bakat seseorang, Gladwell menyematkan tanggung jawab masyarakat sebagai penentu kesuksesan seseorang: masyarakat seharusnya menyediakan kesempatan seluas-luasnya dan mewariskan nilai-nilai yang mendukung kemungkinan seseorang untuk mencapai sukses.

Dengan gaya bercerita yang seprovokatif buku-buku yang ditulis sebelumnya, The Tipping Point dan Blink, Gladwell menggugah pikiran pembaca dalam memandang fenomena yang semula dianggap lumrah. Ia menunjukkan pentingnya tanggal lahir saat pada proses seleksi pemain hoki terbaik di Kanada. Batasan umur penerimaan berbagai kelas usia hoki di Kanada adalah tanggal 1 Januari. Seorang anak laki-laki yang berusia sepuluh tahun pada tanggal 2 Januari bisa bermain bersama-sama seseorang yang berumur sepuluh tahun di akhir tahun itu—padahal, pada periode praremaja, jarak dua belas bulan membuat perbedaan fisik yang besar (hlm 23). Sehingga kebanyakan anggota tim terbaik lahir di bulan Januari, Februari, Maret dan April. Menurutnya, jika kebijakan penerimaan dibuat dua kali pertahun, akan lebih banyak pemain hoki terbaik di Kanada. Pola semacam ini bisa berlaku pada penerimaan murid baru di sekolah dasar: dengan menimbang usianya, kapan sebaiknya seorang anak mulai menikmati hari-hari pertama di sekolah.

Merujuk hasil penelitian, Gladwell mengingatkan tentang kaidah 10.000 jam: seseorang perlu berlatih sebanyak itu untuk mendapatkan keahlian dalam sebuah bidang. Latihan sebanyak itu pula yang ditempuh The Beatles dan Bill Gates. Dengan menekankan pentingnya ‘kecerdasan praktis’—mengetahui apa yang harus dikatakan kepada orang tertentu, mengetahui kapan mengatakannya dan tahu bagaimana mengatakannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal—Gladwell berkisah tentang dua orang genius dalam menghadapi problem kuliah, dan berujung pada kesuksesan karier setelahnya. Dua orang genius bernasib lain karena lingkungan yang berbeda mempengaruhi kualitas kesuksesan. Dalam hal ini, Gladwell menekankan pentingnya keluarga sebagai lingkungan awal pembentuk kesuksesan seseorang, baik genius maupun tidak.
Orang mungkin tidak akan mengira bahwa jatuhnya pesawat terbang dipengaruhi oleh latar belakang budaya awak pesawatnya. Ini berarti bahwa kesuksesan sebuah maskapai penerbangan dipengaruhi oleh warisan budaya awak pesawatnya. Sebelum Korean Air memperbaiki managemennya melalui pembenahan sikap budaya, kecelakaan yang menimpa pesawatnya tujuh belas kali lebih banyak daripada hal yang sama menimpa United Airlines. Bahasa yang digunakan awak pesawat, yakni Bahasa Korea, memiliki enam tingkatan bahasa yang berbeda, bergantung pada hubungan antara kedua pembicara: formal, informal, terbuka, akrab, intim dan datar. Dalam Dimensi Hofstede, orang Korea memiliki Power Distance Index (PDI) tinggi yang menyulitkan komunikasi asertif antara kapten pilot dan ko-pilot dalam sebuah penerbangan yang kritis. Argumentasi ko-pilot dalam menghadapi kasus penerbangan dihambat oleh jarak kekuasaan yang tinggi sehingga tidak bisa berkata lugas kepada pilot yang dalam hirarki penerbangan lebih tinggi tingkat kekuasaannya. Karena faktor budaya pula orang-orang Asia, dengan dipengaruhi oleh pencahariannya menanam padi, memiliki keunggulan dalam bidang matematika.

Pada akhirnya, tesis Gladwell tentang outlier sesunguhnya juga mengisahkan tentang dirinya sendiri. Dia adalah staf penulis di The New Yorker dan mantan reporter bidang bisnis dan sains di Washington Post. Buku Outliers tidak hadir dalam bentuk semacam ini jika dia tidak ada kesempatan baginya melihat ayahnya bekerja, mulai dari mengkaji matematika sampai berkebun, dalam keadaan gembira, teguh dan antusias. Ia pun diberi kesempatan belajar dari ibunya tentang bagaimana mengungkapkan sesuatu dengan jelas dan sederhana. Neneknya, Daisy Nation—yang kepadanya buku ini dipersembahkan—telah berjuang menghadapi diskriminasi ras di Jamaika sehingga ibunya bisa memperoleh pendidikan. Sebuah pola yang indah mewujud dalam keunikan buku: paduan antara ketelitian, kelugasan dan kesegaran sudut pandang.

Apa pelajaran penting dari buku Outliers ini? Faktor eksternal, yakni tersedianya kesempatan dan pewarisan budaya turut menentukan kesuksesan. Masyarakat sedianya memberi kesempatan seluas-luasnya pada siapapun dalam menapaki jalan kesuksesan. Antarsesama selayaknya terjalin bantuan yang memudahkan jalan sukses. Perlu ada penanaman nilai-nilai positif yang memungkinkan terjadi reaksi kimiawi kesuksesan. Terkhusus dalam pendidikan, tiga matranya, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat seyogyanya saling mendukung tersedianya ruang cerah kesuksesan pada anak atau peserta didik, bukannya saling mengandalkan apalagi menghambat satu sama lain. []



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih Anda telah membaca tulisan ini. Harap tinggalkan komentar sebelum meninggalkan halaman ini.