Siapa yang menemukan alasan untuk hidup, ia dapat menyelesaikan masalah dengan cara apapun

Rabu, 16 Desember 2009

Bahkan Malaikat pun Menuntut

Tidak lagi belajar di lembaga pendidikan formal, baik di sekolah maupun di kampus, mendorong saya lebih banyak belajar dari lingkungan sekitar. Lingkungan tempat kita tinggal dan beraktivitas menjadi ruang belajar terbuka yang menyilakan siapa saja berperan sebagai guru atau murid atau saling menukar peran antarkeduanya. Kali ini, saya menempatkan para demonstran di gedung KPK sebagai guru. Lalu, perkenankan saya berlaku sebagai murid yang sedang berupaya mengais pelajaran. Lewat tulisan yang saya tuang ini, saya berusaha menjadi sebaik-baik murid dari guru-guru terbaik di depan gedung KPK itu.

Semakin marak kasus korupsi, semakin meriah pula demontrasi antikorupsi di depan gedung KPK. Setidaknya dalam dua kasus terakhir, yakni penahanan Bibit-Chandra dan kasus Bank Century, demonstrasi di depan gedung KPK nyaris berlangsung tanpa henti. Beberapa kelompok mahasiswa bahkan mendirikan tenda di depan gedung. Kalau saya lewat di depan gedung KPK, tidak jarang mata saya kepergok spanduk-spanduk para demonstran. Saya tidak terlalu cermat merekam apa bunyi spanduknya. Yang jelas, dalam demonstrasi akhir-akhir ini, mereka menuntut KPK mengusut tuntas dugaan korupsi pencairan dana penyehatan Bank Century sebesar 6,7 triliun. Para demonstran itu menuntut KPK menjalankan laku-perannya sebagaimana melekat pada nama lembaga itu: memberantas korupsi!

Anggota KPK bukan terdiri dari para malaikat yang dengan khidmat mengabdi dunia akhirat. Anggota KPK terdiri atas manusia biasa yang suatu saat bisa lalai kalau tidak ada suara-suara yang terus mengingatkan. Jangan sampai KPK kehabisan angin dalam memberantas korupsi karena banyak pihak yang berusaha menggembosinya. Dalam hal ini, peran demonstran menjadi salah satu pihak yang berusaha menghalau pihak-pihak lain yang hendak menggembosi KPK. Juga menambah angin, bahkan menambalnya, semata-mata agar KPK bisa berlaku-peran sebagaimana mestinya. Ya memberantas korupsi itu tadi.

Dengan menggunakan pengeras suara, tuntutan para pendemo masuk ke telinga saya yang kebetulan sedang duduk di tempat yang tak jauh dari gedung KPK siang itu. Tuntutan itu terdengar lamat-lamat, juga pada hari-hari sebelumnya dari tempat biasa saya duduk. Mungkin demonstrannya berbeda, namun esensinya tidak beda dengan demontrasi yang diadakan dimana-mana: sekelompok masyarakat yang menuntut atas idealitas sebuah keadaan. Dari sekian banyak aspek yang menarik perhatian, saya lebih tertarik pada esensi sebuah tuntutan.

Mungkin tidak ada kelompok masyarakat yang melakukan tuntutan jika KPK menjalankan laku-peran sebagaimana mestinya. Tuntutan itu ada karena peran yang semestinya dijalankan namun diabaikan, fungsi yang seharusnya optimal namun minimal, wewenang yang sebenarnya tinggi tapi direndahkan, tugas yang sebenarnya agung namun dikerdilkan. Keadaan semacam ini tidak hanya mengancam KPK, namun bisa mengancam lembaga apa saja. Juga, keadaan semacam ini tidak saja mengancam lembaga, tetapi juga terhadap pelaku-pelaku lembaga itu: sosok ciptaan tuhan bernama manusia.

Saya ingin mengatakan bahwa manusia bisa lalai dari berbagai idealitas yang melekat pada dirinya. Ia bisa mengabaikan peran, meminimalkan fungsi, merendahkan wewenang, mengerdilkan tugas sebagai manusia. Manusia bisa menenggelamkan keistimewaan dirinya ke dalam lumpur kotor kelemahan, juga kehinaan, sedalam-dalamnya. Jika hanya sebagai semurni-murninya manusia, maksudnya tanpa jabatan maupun profesi yang melekat padanya, apa yang dilakukan manusia mungkin tidak akan ada yang memprotes. Ini karena apapun jabatan, profesi dan identitas yang melekat pada manusia sebenarnya menjadi alat bantu yang seharusnya mampu mendongkrak ketinggian peran, optimaliasai fungsi, ketinggian wewenang, keagungan tugas sebagai sosok manusia.

Namun justru yang terjadi sebaliknya. Presiden merasa tidak berwewenang dalam menjalankan peran-peran penting sebagai presiden, justru merasa berwewenang menjalankan peran yang tidak penting. Kepolisian sebagai institusi yang seharusnya memberantas kriminal justru melakukan tindak kriminalisasi. Kejaksaan Agung sebagai tempat agung yang menaungi keadilan justru menampung banyak ketidakadilan. Penyelenggara negara yang mengelola uang rakyat demi kemakmuran bersama justru mengkorupsinya. Para wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat namun saling berjuang sendiri-sendiri demi dirinya dan kelompoknya. Jabatan, profesi dan identitas lain yang melekat pada manusia justru digunakan untuk menjerumuskan dirinya sendiri.

Saya teringat firman Tuhan yang menyatakan bahwa kala Tuhan hendak menciptakan manusia, malaikat justru mempertanyakannya. Tanya malaikat pada Tuhan, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Tuhan menjawab bahwa Dia lebih tahu dari apapun yang diketahui oleh malaikat.

Saya tidak bisa menerangkan tafsir dibalik pertanyaan protes malaikat pada Tuhan itu. Namun saya merasa ada kaitan antara para demonstran di depan gedung KPK dengan pertanyaan malaikat yang bernada menuntut itu. Ini pula pelajaran yang bisa saya kais dari para demonstran itu. Yakni, jika kita tidak bisa menunjukkan keistimewaan sebagai manusia, termasuk memberikan peran lebih dari sekedar jabatan, profesi dan identitas yang disandang, mungkin kita perlu meyakinkan diri bahwa nun jauh di sana, malaikat sedang protes menuntut kita, hanya kita tidak diperkenankan mendengarnya. Saat menjalani laku-peran sebagai manusia, kita sering menggembosi diri kita sendiri di tengah jalan sebelum sampai ke tempat tujuan. Mungkin malaikat sangat geram mendengar suara gembosnya. Malaikat hendak menuntut kita, juga mengingatkan Tuhan, bahwa wudhu kita batal karena buang angin, namun kita masih terus sholat dan Tuhan membiarkan sampai akhir sholat. Sampai kita mengucap salam sebagai tanda akhir kehidupan.[]

1 komentar:

  1. Baccarat - Play Now for Free at febcasino.com
    Baccarat is the game of 바카라 커뮤니티 strategy and luck. Learn to win with the rules of Baccarat. A Baccarat Baccarat Free Card Game.

    BalasHapus

terima kasih Anda telah membaca tulisan ini. Harap tinggalkan komentar sebelum meninggalkan halaman ini.